Prospek Investasi
Properti di Indonesia Menjanjikan
SURABAYA- Prospek
investasi properti di Indonesia cukup menjanjikan karena produk investasi tersebut
memiliki tingkat keamanan lebih baik dibandingkan jenis lain yang ditawarkan
kepada masyarakat di Tanah Air.
Senior Economist and Government Relations Head Standard Chartered Indonesia, Fauzi Ichsan, menjelaskan, kondisi itu juga didukung oleh suku bunga global dan regional yang rendah.
"Selain itu, didukung besarnya permintaan pasar di Tanah Air terhadap beragam produk tersebut pada tahun ini," katanya, di Surabaya, Senin (20/2).
Akibatnya, ungkap dia, kini banyak investor mengalihkan dananya dari deposito ke tanah. Apalagi, setiap tahun harga tanah di Indonesia meningkat antara 15-20 persen sedangkan bunga deposito hanya meningkat lima hingga tujuh persen per tahun.
"Walau produknya sama-sama bangunan, apartemen justru tidak disarankan karena ketersediaannya sekarang melebihi permintaan," ujarnya.
Di sisi lain, kata dia, pada saat ini areal luasan tanah di pelosok Nusantara justru kian berkurang seiring banyaknya permintaan pasar properti.
"Perkembangan investasi di bidang properti tersebut membuat kami yakin bahwa tahun 2012 saat yang tepat menanamkan modal di sektor tersebut," katanya.
Di samping itu, terkait instrumen investasi lain yang juga potensial dibidik tahun ini, tambah dia, salah satunya menanamkan modal berupa saham.
"Pemicunya, tahun ini kami prediksi laba korporasi meningkat 20 persen dibandingkan tahun lalu," katanya.
Faktor lain, imbuh dia, ikut dipengaruhi oleh krisis ekonomi dan keuangan di Eropa diyakini segera pulih pada semester II/2012.
"Situasi ini yang secara otomatis meningkatkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)," katanya.
Mengenai estimasi krisis ekonomi dan keuangan global, lanjut dia, diperkirakan mulai terlihat pada tanggal 20 Maret mendatang menyusul periode itu merupakan jatuh tempo utang Yunani.
"Kini, pasar ekonomi dan keuangan global hanya perlu menanti apakah Yunani bisa mendapat pinjaman dari IMF dan Uni Eropa atau tidak," katanya.(ant/hrb)
Senior Economist and Government Relations Head Standard Chartered Indonesia, Fauzi Ichsan, menjelaskan, kondisi itu juga didukung oleh suku bunga global dan regional yang rendah.
"Selain itu, didukung besarnya permintaan pasar di Tanah Air terhadap beragam produk tersebut pada tahun ini," katanya, di Surabaya, Senin (20/2).
Akibatnya, ungkap dia, kini banyak investor mengalihkan dananya dari deposito ke tanah. Apalagi, setiap tahun harga tanah di Indonesia meningkat antara 15-20 persen sedangkan bunga deposito hanya meningkat lima hingga tujuh persen per tahun.
"Walau produknya sama-sama bangunan, apartemen justru tidak disarankan karena ketersediaannya sekarang melebihi permintaan," ujarnya.
Di sisi lain, kata dia, pada saat ini areal luasan tanah di pelosok Nusantara justru kian berkurang seiring banyaknya permintaan pasar properti.
"Perkembangan investasi di bidang properti tersebut membuat kami yakin bahwa tahun 2012 saat yang tepat menanamkan modal di sektor tersebut," katanya.
Di samping itu, terkait instrumen investasi lain yang juga potensial dibidik tahun ini, tambah dia, salah satunya menanamkan modal berupa saham.
"Pemicunya, tahun ini kami prediksi laba korporasi meningkat 20 persen dibandingkan tahun lalu," katanya.
Faktor lain, imbuh dia, ikut dipengaruhi oleh krisis ekonomi dan keuangan di Eropa diyakini segera pulih pada semester II/2012.
"Situasi ini yang secara otomatis meningkatkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)," katanya.
Mengenai estimasi krisis ekonomi dan keuangan global, lanjut dia, diperkirakan mulai terlihat pada tanggal 20 Maret mendatang menyusul periode itu merupakan jatuh tempo utang Yunani.
"Kini, pasar ekonomi dan keuangan global hanya perlu menanti apakah Yunani bisa mendapat pinjaman dari IMF dan Uni Eropa atau tidak," katanya.(ant/hrb)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar